sejauh apapun



bagiku, bahagia itu sederhana saja. asalkan kau tersenyum dan bahagia, walaupun bukan di hadapanku, walaupun tidak denganku, tak peduli sejauh apa, selama kita masih ada di bawah langit yang sama, aku...aku akan selalu berdoa untuk senyum dan kebahagiaanmu itu. ya, itulah bahagia untukku..

itu bahagia yang pernah dia ceritakan padaku. manis sekali. aku tersipu ketika mendengarnya. dia, dengan begitu baiknya selalu menyuruhku untuk bahagia.
kami memang terpisahkan oleh jarak, terpisahkan oleh samudra. tapi tak peduli sejauh apapun, kami masih melihat langit yang sama, masih melihat bulan yang sama. saat aku merasa sendiri, dia yang seakan mengintipku dari langit tiba-tiba berkata "hei, coba lihat keluar!" apa? tanyaku malas. "lihat saja dulu. keluar dan lihatlah langit" lalu kenapa? langitnya masih sama, seperti kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. ah, aku sedang malas membahas apapun. "adakah awan kau lihat?" dia tak mempedulikan keluh kesahku. hm, iya, awannya bergerak, walau perlahan sampai kadang terlihat seperti diam. "ya, awan itu bergerak. taukah kau, tadi awan itu ada di sini, namun aku suruh dia pergi. pergi ke langitmu, agar kau tak sendiri. tak lupa pula aku titipkan doa padanya, semoga kau bahagia hari ini, esok, esoknya lagi dan seterusnya" aku tersenyum, sedikit tersipu. "jadi, saat kau merasa sendiri, lihatlah ke langit, atau rasakanlah angin. lalu ketahuilah, dalam mereka slalu kutitipkan doa-doa untukmu. jadi, kau tak akan sendirian. doaku selalu bersamamu" 

aku selalu menganggapnya konyol. namun, entah mengapa semua yang kuanggap konyol itu, justru selalu menenangkanku. semua yang kuanggap konyol itu, semua yang kurindukan darinya. sampai-sampai aku percaya, jika aku ingin menatapnya, aku hanya perlu keluar dan melihat ke atas, langit luas itu, langit itu adalah dia. ya, aku pun mulai terlihat konyol.

kami sering bercengkrama. bertukar warna langit, bertukar senandung angin, juga bertukar cerita tentang apa yang kami suka. tak banyak yang sama. tapi entah mengapa, rasanya aku ingin ikut menyukai apa yang dia suka. "kalau aku sih, inginnya ikut jadi bagian dari apa yang kamu suka" haa, dia selalu begitu. mengatakan hal-hal yang bisa membuat pipiku memerah.

pernah suatu ketika, saat aku sudah teramat lelah menghabiskan airmata, dia berkata,
kalau masih ada alasan untuk bahagia, kenapa malah membuang waktu untuk kesedihanmu?! tak ada alasan? bukan. bukan tak ada, mungkin terselip. kau hanya tak mau menemukannya. mungkin kau malas untuk mencarinya? kalau begitu, biar aku bantu. mulai saat ini, nanti, dan seterusnya, biar aku yang akan menjadi alasanmu..
aku diam. hanya bisa diam. lalu menangis. dia mebuatku begitu....begitu merasa bodoh.

karena saat aku menangis, dia akan berteriak "hei, bodoh, menangis tak akan membuatmu terlihat cantik" peduli apa dengan kecantikan. aku hanya ingin menangis. itu saja. "maaf" dan dia selalu meminta maaf "sebenarnya aku yang bodoh. saat seperti ini. tak ada yang bisa kulakukan. padahal aku ingin mendekapmu, atau setidaknya meminjamkan bahuku untuk kau sandari. tapi tak bisa. maaf" ya, dia memang bodoh, dan konyol. tapi mungkin aku lebih bodoh lagi. menangis dan terlihat lemah, itu...itu hanya akan membuatnya cemas kan?! seharusnya aku bisa sedikit lebih kuat. agar aku pun bisa melindungi senyumannya.

namun, karena menjadi kuat tak semudah yang kubayangkan, aku hanya bisa berpura-pura kuat. dia tak boleh lagi mengkhawatirkanku, karena lihatlah, sekarang aku sudah tak pandai lagi menangis. lalu sedikit demi sedikit aku berhenti menopangkan lemahku padanya. padahal nyatanya, aku tetap saja lemah, aku sama sekali tak berubah menjadi kuat sedikitpun. tapi tenang saja, aku tak akan lupa tersenyum kepada langit.

hingga akhirnya, hari demi hari, perasaan yang menumpuk ini, terlalu banyak jika kusimpan sendiri. dia tak lagi ada sesering dulu untuk kubagi. bukan salahnya, karena aku sendiri yang menginginkan begini. tapi aku selalu ingat "sampai kapanpun, langit kita tetap sama. walau aku tak ada sekalipun nanti, setidaknya kita pernah menatap langit yang sama. jika kau mau percaya pun, percayalah aku akan selalu tetap menatap langit yang sama denganmu" ya, jadi, perasaan yang menumpuk ini, akan kuterbangkan ke langit, bersama awan dan hembusan angin. pun begitu juga doa-doa kebahagiaanku untukmu. semoga, kau bisa merasakannya seperti dulu yang sering kau ajarkan padaku.

Comments (0)

Posting Komentar